Mengenai penyebaran Islam di Jawa, mungkin memanglah sangat mengherankan. Tanpa peperangan dan bagaimana para wali mengajarkan dengan kearifan dan pendekatan kultural tapi mampu merubah Islam menjadi mayoritas. Ada yang tak kalah unik yakni, mulai zaman Walisongo hanya terdapat kitab dan masjid-masjid wali tapi semuanya bisa lestari.
Di Sarang Rembang, terdapat satu satunya Masjid wali yang tepatnya di desa Belitung Sarang. Terdapat tujuh kitab yang terbilang kecil dalam masjid tersebut. Diajarkan yang jika sampai khatam semua bisa jadi kiai besar, yang tidak pernah dibacakan (ngaji) tidak bisa membaca (memahami).
Makam Kiai Abdullah Fattah Mangunsari Tulungagung |
Kiai Maimun Zubair pun merasakan hal tersebut, hingga suatu saat beliau sampai pergi ke Tulungagung Jawa Timur menanyakan perihal tersebut kepada cucu dari Kiai Abdullah Fattah Tulungagung.
" kenapa kitab ini terasa susah dikaji, apa sebabnya..? "
" iya Gus,, (sapaan kepada Mbah Moen) saya itu kitab yang pernah saya mengaji bisa membacanya, tapi yang belum pernah saya mengaji terasa susah, makanya jika saya mengajar tidak pernah sampai khatam. Karena dulu tidak mengaji sampai khatam. "
Jawab Cucu dari Kiai Fattah kepada Mbah Moen. Yang beliau sendiri memang mengajarkan kitab-kitab tinggalan Kiai Fattah, tapi juga selalu tidak sampai khatam.
Di Masjid Belitung tersebut, kitab tersebut dikaji sejak Walisongo sampai periode terakhir yakni Kiai Abdullah dan Innalillah, semua sudah hilang semua tak ada yg bisa mengkaji.
Ada kebiasaan dan pesan sebagian Kiai Jawa, "mengajarkan kitab itu harus kitab yang dulu pernah mengaji."
Oleh : admin Imam Mahmudi
Diambil dari dawuh KH Maimun Zubair
Tidak ada komentar:
Posting Komentar