Senin, 09 Januari 2017

Gus Karim Hasyim, Mondok Hanya 7 Hari

    Hadlratusy Syaikh Hasyim Asy’ari menitipkan puteranya, Abdul Karim Hasyim yang masih kanak-kanak kepada Kiai Nawawi agar dapat belajar kepada kiai-kiai Kajen.

    Baru tujuh hari tinggal di rumah Kiai Nawawi, Gus Karim pamit pulang meninggalkan pondok atau dalam pesantren lebih dikenal dengan istilah boyong.
“Ngaji saya sudah khatam… katanya sudah boleh pulang…”pamit Gus Karim kepada Kiai Nawawi.

Kiai Nawawi bingung, karena Ia belum mulai mengajar Gus Karim sama sekali dan sepengetahuannya Gus Karim juga belum ikut mengaji kepada kiai Kajen lainnya.

“Awakmu ngaji apa, Gus?” Kiai Nawawi bertanya.

“Jurumiyyah”.

“Yang mengajar siapa?”

“Tidak tahu… orang tua…”, Gus Karim menggambarkan guru yang mengajarnya.

Kiai Nawawi manggut-manggut, menyembunyikan rasa kagetnya. Gus Karim pun dilepas kembali ke Tebuireng.

    Beberapa waktu kemudian, Kiai Hasyim tiba-tiba datang ke Kajen, membuat kelabakan semua orang. Kiai Nawawi-lah yang dituju.

“Kenapa anakku kau pulangkan, Kang?” Kiai Hasyim menggungat, “padahal dulu Thohir kau titipkan kepadaku juga kuterima…”

(Kiai Nawawi tak enak hati)
“Bukannya saya pulangkan, ‘Yai… tapi kayaknya Gus Karim itu sudah cukup ngajinya”.

“Lho. Cuma seminggu itu memangnya kau ajari apa?”

“Bukan saya yang ngajar, ‘Yai”.

“Lha siapa?”

“Mbah Mutamakkin…”(sebagaimana ciri yang diceritakan Gus Karim?)

    Mbah Mutamakkin sendiri adalah pendiri Pesantren Kajen Pati yang padahal beliau sudah wafat sejak pertengahan abad 17. Sekarang makamnya berada di depan Perguruan Islam Mathaliul Falah, di desa Kajen Kecamatan Margoyoso Pati Jawa Tengah.

Oleh : fb Joko Bedhug Karimov
Dengan sedikit tambahan
www.facebook.com/story.php?story_fbid=1828313784047396&id=100006063758499&comment_id=1828504327361675&notif_t=like&notif_id=1483832225096005&ref=m_notif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar