Senin, 04 Juli 2016

Yai Chudlori dan Gamelan

    Suatu hari kyai chudlori, pengasuh pesantren Tegalrejo, Magelang kedatangan seorang lurah beserta beberapa orang rakyatnya yg sedang konflik karena rebutan uang hasil jual tanah bengkok milik desa. Sebagian ingin uang tersebut untuk bangun masjid, sebagian lagi ingin uang tersebut untuk beli gamelan. 

    Karena tak ada titik temu, kedua kelompok sepakat minta fatwa pada kyai Chudlori. Setelah memdengar penjelasan pak lurah kyai Chudlori memutuskan agar uang tsb untuk beli gamelan saja. Mendengar keputusan ini kelompok masjid bilang bahwa di desa tersebut sedang bangun masjid dan kekurangan dana. Atas penjelasan ini kemudian kyai Chudlori bilang: "gak apa-apa kita utamakan kepentingan saudara kita dulu. Soal bangun masjid itu gampang, pasti jadi. Karena dalam ajaran islam ada perintah shadaqah jariyah untuk bangun masjid, tapi kalau perintah untuk beli gamelan belum ada, siapa tahu setelah dibelikan gamelan saudara² kita yang suka gamelan ini mau memikirkan masjid"

    Atas akhlak kyai Chudlori yg mulia ini seluruh kaum yang suka gamelan merasa takjub pada ajaran Islam yg sangat indah dan menyenangkan. Mereka merasa dipikirkan kesenangannya oleh Islam, meraka juga merasa bahwa ummat Islam itu sgt mulia karena rela menunda kepentingannya demi memenuhi kesenangan orang lain. Sejak saat itu kaum pecinta gamelan se-Magelang menjadi tertarik pada Islam dan bersama-sama menyumbang masjid yg sedang dibangun, sehingga masjidnya jadi lebih cepat dari rencana semula.

    Rindu pada kyai yg bijak dan memiliki kecerdasan kultural seperti kyai Chudlori, yang menerapkan ajaran Islam di bumi Nusantata dg mata hati dan kasih sayang sehingga bisa memikat hati ummat.
Beliau adalah sang inspirator Gus Dur.

Oleh : fp Piss-Ktb
www.facebook.com/story.php?story_fbid=8262153574
31879&id=210326412354113&refid=17&ref=bookmar
ks&_rdr

Tidak ada komentar:

Posting Komentar