Suatu hari KH Mahrus Aly mengajak Abdul Halim Zainuddin ( salah seorang pengurus NU kota Kediri yg biasa melayani beliau) untuk menghadiri sebuah acara, sebelum menuju ke tempat acara, mereka mampir ke rumah KH Marzuqi Dahlan untuk mengajaknya sekalian karena beliau termasuk orang mendapat undangan acara itu jg. Sesampainya di muka jalan menuju rumah beliau, KH Mahrus menyuruh Abdul Halim ngaturi KH Marzuqi, sementara KH Mahrus menunggu di kendaraan dg sang sopir.
Setelah dipersilahkan masuk, Abdul Halim segera menyampaikan maksud kedatangannya. " Masya Alloh. kulo supe menawi dinten meniko acaranipun" (Masya Alloh saya lupa kalo acaranya hari ini) kata KH Marzuqi yg waktu itu hanya mengenakan sarung saja & bertelanjang dada. Kemudian beliau berjalan menuju kebelakang mengambil sesuatu dari bak yg biasa digunakan untuk mencuci baju. Ternyata yg beliau ambil itu baju belliau yg belum sempat dicuci, lalu dg tenang tanpa canggung & risih beliau kenakan kembali baju itu. Sepertinya hal2 yg bersifat duniawi begitu simpel & sederhana sekali di mata beliau serta tidak perlu dibikin ribet, atau dalam bahasa Gus Dur "Begitu saja kok repot". Dan sambil tersenyum beliau berkata " Alhamdulillah durung sido di umbah" (Alhamdulillah, bajunya belum sempat dicuci). Ternyata pada waktu itu beliau hanya memiliki satu baju, ketika baju itu dcuci otomatis beliau tidak mengenakan baju lagi, padahal beliau seorang kyai besar dg ribuan santri yg diasuhnya.
Selesai mendatangi tempat acara & mengantarkan kembali KH Marzuqi kerumah beliau, Abdul Halim menceritakan apa yg ia ketahui perihal KH Marzuqi tadi kepada KH Mahrus, sontak beliau sesenggukan tidak kuasa menahan tangis, Rasa iba, prihatin, trenyuh & haru berbaur menjadi satu dalam dada beliau melihat pilihan hidup yg sedang dilakoni KH Marzuqi, patner beliau dalam mengelola & melestarikan pondok pesantren Lirboyo peninggalan dari mertua mereka berdua.
Setelah itu KH Mahrus memanggil sebagian pengurus pondok tempat KH Marzuki tinggal, & menanyai mereka apakah tidak tahu perihal kondisi Kyai nya itu,. Ternyata mereka baru menyadari bahwa pemandangan yg kadang mereka lihat dari Kyai Marzuki yg hanya mengenakan kaos oblong compang camping atau malah kadang bertelanjang dada bukan karena gerah atau panasnya udara, tetapi karena satu2nya baju beliau yg sedang dicuci.. KH Mahrus kemudian menegur & menasehati para pengurus pondok agar lebih memperhatikan & memperdulikan kondisi Kyai nya meski sebenarnya sang kyiai tidak pernah mengharapkan perhatian sama sekali.
Sangat indah apa yg dinukil KH Ihsan Jampes dalam kitab Manahijul Imdadnya :
" قيل اوحى الله الى بعض الأنبياء عليهم السلام، اذا اردت ان تعرف رضاي عنك فانظر كيف رضا الفقراء عنك."
( Diriwayatkan bahwa Alloh swt pernah berfirman kepada sebagian para nabi : Jika engkau ingin melihat keridloanku kepadamu maka lihatlah bagaimana orang2 faqir ridlo kepadamu.).
Artinya Di saat engkau memberikan bantuan atau setidakmya memberikan perhatian kepada si faqir yg membuatnya ridlo & gembira, maka pada saat itu Alloh swt juga ridlo & gembira kepadamu. . .
Wallohu A'lam..
Oleh : fb AN Ang-hab
www.facebook.com/photo.php?fbid=180127775666933&id=100010091347639&set=a.127371994275845.1073741828.100010091347639&source=56&ref=m_notif&refid=13¬if_t=like
Tidak ada komentar:
Posting Komentar