Selasa, 11 Oktober 2016

Kiai Ustman Penyusun Istighatsahan


    Perlu diketahui bahwa ada sedikit kekeliruan dalam tulisan yang banyak beredar termasuk yang dimuat di NU Online, dikatakan penyusun Istighatsahan adalah Kiai Romli Tamim Rejoso Jombang. Berikut sedikit klarifikasi dari pihak keluarga ndalem Hadhratus Syaikh KH. M. Utsman bin Nadi al-Ishaqy Jatipurwo Surabaya.

Suatu ketika Mbah Kiai Utsman al-Ishaqy berhalangan hadir di pengajian mingguannya Mbah Kiai Romli karena bebarengan dengan acara "Sewelasan" yang baru dirintisnya. Yang mana isi dari acara Sewelasan tersebut adalah Istighatsahan selepas shalat Maghrib berjamaah dan pembacaan Manaqib Syaikh Abdul Qadir al-Jailani setelah berjamaah shalat Isya.

Ketidakhadiran Kiai Utsman pada pengajian mingguan tersebut membuat Kiai Romli bertanya kepada Kiai Utsman ketika bertemu beberapa hari kemudian. "Nang endi pengajian wingi koq gak kétok Man?" (Saat pengajian kemarin kamu di mana Man?)

"Pas kesarengan Sewelasan wonten langgar panggénan kulo, Kiai." (Pas bebarengan dengan acara Sewelasan di mushala tempat saya, Kiai), jawab Kiai Utsman.

"Opo waé Man séng diwoco?" (Apa saja yang dibaca, Man?), tanya Kiai Romli.

Jawab Kiai Utsman, "Istighatsah kaliyan (dan) Manaqib, Kiai."

"Wah nék ngono aku yo péngén Man, nang Njoso kéné yho diénékno, piyé Man?" (Wah kalau begitu aku ya ingin Man, di Rejoso sini juga diadakan, bagaimana Man?). Tanya Kiai Romli.

"Ndérék dhawuh, Kiai." Jawab Kiai Utsman manut.

"Iyo, tapi tetep awakmu engko séng mimpin Man." (Iya, tapi tetap kamu yang mimpin (acara tersebut) Man).

"Nggih ndérék dhawuh, Kiai."

"Terus saben dino opo nék nang Suroboyo acarané?" (Terus setiap hari apa acaranya di Surabaya?) tanya Kiai Romli kemudian.

"Setiap malem sewelas (malam 11), Kiai."

"Nék ngono nang kéné malem rolasé waé Man!?" (Kalau begitu di sini malam 12 saja Man!?)

"Nggih ndérék mawon, Kiai."

Pada bulan berikutnya Mbah Kiai Utsman memulai acara Manaqiban di Rejoso, keesokan hari setelah semalamnya acara Manaqiban di mushala Pondok Pesantren Jatipurwo. Dan sesuai rencana semula seperti yang disampaikan oleh Mbah Kiai Romli, bahwa yang bertindak memimpin acara adalah Mbah Kiai Utsman sendiri. Namun Kiai Utsman lebih memilih untuk bermakmum hingga acara Manaqiban tersebut selesai.

Setelah beberapa kali acara tersebut diadakan di Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Jombang, suatu ketika seusai acara Manaqiban Mbah Kiai Utsman dipanggil oleh Mbah Kiai Romli untuk menghadap. Kiai Romli hanya ingin menyampaikan unek-unek di hatinya karena setelah acara tersebut berjalan di Rejoso, beliau merasa iba kepada murid kesayangannya itu.

Mbah Kiai Romli berkata, "Aanu Man, awakmu lak wés akéh kesibukané nang Suroboyo. Durung séng mulang santri, durung séng ngeladéni masyarakat, durung manéh engko nekani undangan, tur manéh acara nang Njoso iku sak mariné acara nang Suroboyo. Koen lak kessel Man? Séng enak ditulis waé Man, engko digantungno nang pengimaman. Dadi nék koen tepak berhalangan gak iso budal nang Njoso, engko aku séng munggah. Nék wés ono tulisané aku lak garék moco Man!?" (Begini Man, kamu kan sudah banyak kesibukannya di Surabaya. Ngajar santri, meladeni masyarakat, menghadiri undangan, belum lagi acara di Rejoso setelah acara di Surabaya. Kamu kan capek Man? Yang enak ditulis saja Man, nanti digantungkan di pengimaman. Jadi ketika kamu berhalangan hadir di Rejoso, nanti saya yang menggantikan. Kalau sudah ada tulisannya kan aku tinggal baca!?).

"Ndérék dhawuh, Kiai." Jawab Kiai Utsman patuh.

Setelah itu, ditulislah bacaan Istighatsah tersebut oleh Mbah Kiai Utsman dengan tangan beliau sendiri sesuai permintaan guru tercintanya.

Di lain cerita, bahwa Mbah Kiai Romli Tamim Rejoso Jombang mendapatkan ijazah manaqib itu dari Mbah Kiai Utsman al-Ishaqy Jatipurwo Surabaya. Tapi kalau soal thariqah, Mbah Kiai Romli adalah guru dari Mbah Kiai Utsman dunia-akhirat. Wallahu a'lam. (Sumber: Agus Ahmad Danyalin Al-Ishaqy).

Catatan tambahan: Kiai Romli Tamim sebelum menjadi guru sekaligus mursyid dari Kiai Utsman al-Ishaqy adalah teman karib dan sama-sama santri kesayangan Hadhratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy'ari Tebuireng Jombang. Kiai Romli diambil menantu oleh gurunya sendiri, Kiai Hasyim, sedangkan Kiai Utsman adalah yang diutus oleh Mbah Hasyim Asy'ari untuk menemani Kiai Romli. Yang kemudian Mbah Utsman menjadi murid sekaligus akhirnya menjadi penerus estafet kemursyidan Kiai Romli Tamim dengan thariqah Qadiriyah wa Nasyabandiyah.

Oleh : fp Kumpulan Foto Ulama dan Habaib
www.facebook.com/KumpulanFotoUlamaDanHabaib/photos/a.356613851095960.85503.347695735321105/1116989571725047/?type=3&source=54

http://pustakamuhibbin.blogspot.co.id/2016/10/penyusun-istighatsahan-adalah-mbah-kiai.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar