Senin, 17 Oktober 2016
Gus Dur Di Mata Kiai Ali Shoddiq Tulungagung
Kyai As'ad Syamsul 'Arifin gelisah mendengar Gus Dur menjadi kontroversi dari hari ke hari dengan gagasan-gagasannya yang berani dan perlawanannya terhadap Soeharto dengan manuver-manuver yang lebih berani lagi. Kyai As'ad lantas memanggil Kyai Muchith Muzadi, salah satu sahabat terdekat Gus Dur.
"Tolonglah kau nasehati 'Durrahman itu!" beliau manyambat, "janganlah terlalu sering bikin pusing orang begitu..."
Kyai Muchith meringis,
"Kok malah saya to, 'Yai? Saya bisa apa? Mestinya 'kan justru panjenengan yang bisa menasehati sebagai orang sepuh dan Ahlul Halli Wal 'Aqdi yang dulu menunjuk Gus Dur jadi ketua..."
Kyai As'ad terdiam sejurus, sebelum akhirnya mendesah,
"Saaya 'daak biisa.... Kalau ketemu 'Duurrahman yang 'kliatan samaa saaya kaakeeknya..." (Terong Gosong)
*****
Ada suatu cerita dari seseorang asal Nganjuk, dia pernah didatangi Putra Almarhum Mbah yai Ali Ngunut Tulungagung. Dia bertanya, “Gus,,, Mbah Yai Ali nek kaleh gusdur pandangane dospundi (bagaimana) ?”.
“Remen sanget, kulo kemutan wekdal pertama kali partai PKB muncul. Dalam kondisi gerah ndamel kursi roda, abah mekso nderek dateng lapangan ingkang hawanipun panas sanget, semangate kados ajeng perang. Sakderenge bidal beliau dawuh, “Putune mbah Hasyim ki sing maju,,, putune mbah Hasyim iki,,, (katanya dengan suara parau penuh kerinduan)””.
"(senang sekali,saya teringat ketika pertama kali partai PKB muncul, dalam keadaan sakit memakai kursi roda, abah memaksakan dirinya ikut ke lapangan yg hawanya sangat panas, semangatnya seperti mau perang. Sebelum pergi beliau berkata, "cucunya Mbah Hasyim itu yg maju ya ini,, ")"
Oleh : fb Robert Azmi
Dengan sedikit penyesuaian
www.facebook.com/story.php?story_fbid=216685958746995&id=100012167760823&ref=m_notif¬if_t=feed_comment_reply
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar