Kamis, 03 Agustus 2017

Menilik Doktrin Minyak


    Ketika negara negara dengan komoditas rempah rempah mulai bangkit karena merdeka sebagaimana Indonesia. Eropa mulai melakukan revolusi industri sehingga rempah rempah mulai ditinggalkan. Dan, komoditas selanjutnya adalah minyak yang tak lain banyak terdapat di Timur Tengah dan berpusat di Arab. Tapi sayangnya, Arab masih dikuasai kerajaan Turki yang notabenya berselisih dengan Eropa. Dimulailah mengadakan propaganda sentimen untuk memisahkan Arab dengan kerajaan Turki. Antara lain dengan semboyan "jika ingin selamat di padang pasir, ikutilah jejak orang orang sebelum kamu" yang dalam arti, Arab jangan ikut Turki, tapi ikutlah Arab.

    Setelah berhasil, mulalilah beberapa tokoh wanita Eropa belajar Islam untuk menghancurkan Islam. Bukan teologinya Islam semata yang dihancurkan, tapi tujuan utama adalah pengambilan minyak. Dan membangunlah suatu pola fikir dalam berislam sehingga muncul Ulama Najed Muhammad bin Abdul Wahab dengan kitab Kasyfil Syubhatil Kholqil Ardli wa Samawaat. Sehingga menurut mereka, perilaku perilaku yang selama ini dijalankan umat Islam sudah melenceng dari Islam dan harus dibunuh.

    Begitu Arab dalam kekacauan, muncullah seorang tokoh Ibnu Saud dengan 40 orang yang dipersenjatai dengan senjata api oleh Eropa guna menguasai Arab dan berhasil. Untuk lebih leluasa menguasai dan melaksanakan doktrinnya, semua situs situs Islam dihancurkan dengan dalih pemurnian Islam kembali pada Quran dan Sunnah. Tak terkecuali makam Rasulullah jadi sasaran, meski akhirnya digagalkan para Ulama NUsantara dengan komite hijaz NU-nya. Berhasilah Ibnu Saud menguasai Arab dan dimulailah misi pengambilan minyak Eropa dengan berdirinya Aramco, perusahaan minyak pertama di Arab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar