Kamis, 09 Februari 2017
Kiai Chudlori dan Santri Pencuri Bebek
Pesantren API Tegalrejo masih diasuh Kiai Chudlori. Suatu malam ada santri mencuri bebek (menthok, jawa). Cak Min, warga pemilik bebek awalnya curiga melihat aliran air membawa bulu-bulu bebek, langsung saja menyelidiki dari mana asal bulu-bulu tersebut. Ternyata di atas bukit sedang asyik santri menyembelih bebeknya. Tanpa menegur santri, Cak Min ke Pesantren dan melaporkan pada keamanan Pesantren. Langsung, keamanan melaporkan kejadian tersebut pada Kiai Chudlori. Bukannya mendapat respon, Kiai menanggapi datar dan hanya mengiyakan.
Esoknya, bukannya santri yang dipanggil Kiai menghadap, tapi malah Cak Min pemilik bebek dijumpai oleh Kiai.
Dengan nada berharap, Kiai dawuh pada pemilik bebek
"Cak, santriku itu dibelain jauh-jauh mondok kemari,, masa karena bebek njenengan, hilang keberkahan ilmunya"
"Bukannya begitu Yai, tapi... "
"Tolong dimaafkan ya Cak, ini sebagai ganti ruginya"
Kiai sambil memberikan uang pada pemilik bebek.
Santri tidak mengira bahwa Kiai tahu apa yang dia lakukan. Karena Kiai sendiri juga tak sedikit pun marah atau bagaimana, seolah tak terjadi apa-apa dan santripun merasa aman-aman saja. Hingga dua bulan berlalu, ketika Kiai mengajar Nahwu dan seperti biasa tamrinan, yakni Kiai memberikan pertanyaan pelajaran sebelum pelajaran usai. Sampai pada bab alam / nama khusus dan umum (personal/general).
Kiai menunjuk santri tersebut, dan santripun berdiri tanpa ada curiga,
"Fulan,, bebek itu nama khusus apa nama umum"
Bukannya menjawab pertanyaan, santri tersebut malah bersimpuh dan menangis di depan Kiai.
"Maaf, Kiai maaf,, saya mencuri Kiai,, maaf"
Dengan sendirinya dia tersadar, bahwa sebenarnya Kiai mengerti semua yang terjadi. Dan dengan kasih sayang serta berkah doa Kiai itulah, santri tersebut tetap mendapatkan keberkahan ilmu dan menjadi Kiai besar.
Adalah bagaimana Ulama terdahulu membimbing dan menghadapi kesalahan seseorang. Memanusiakan manusia.
Oleh : admin Imam Mahmudi
Diambil dari dawuh Gus Dur dan KH M. Najib Muhammad.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar