Mbah Dalhar Watucongol selama pengembaraannya menimba ilmu di berbagai tempat, selalu berangkat dengan jalan kaki. Bukan karena tak mampu untuk berkendara, bahkan beliau adalah dari kalangan priyayi. Tiada lain karena demi memuliakan ilmu dan ahli ilmu (guru), beliau sangat menta'dzimi.
Maka ketika Mbah Shonhaji Kebumen hendak nyantri di Watucongol dan meminta izin pada ayahandanya, dijawab harus jalan kaki. Sebuah wujud ta'dziman dan takriman lahir dan batin.
Pun saat Mbah Utsman al-Ishaqy Surabaya diutus oleh Mbah Hasyim Asy'ari untuk menemani sekaligus nyantri (ngaji) ke Mbah Romli Tamim Jombang, selalu berangkat dengan jalan kaki. Hal itu berlangsung selama tahunan, hingga jika bukan karena Mbah Hasyim yang memintanya berhenti niscaya akan dilakukan selamanya dengan jalan kaki.
Jika di Tegal keteladanan seperti ini yang masyhur adalah kisah ngajinya Kiai Said bin Armia Cikura ke Kiai Abu Ubaidah Giren Talang Tegal, hingga akhirnya menjadi menantu sang kiai.
Semoga keteladanannya bisa kita resapi, tiru, meski sedikit demi sedikit, insya Allah keberkahan akan kita tuai. Amin, Ilahiy Anta maqshudi waridhaka mathlubiy.
Oleh : fb Sya'roni As-Syamfuriy
www.facebook.com/story.php?story_fbid=1767938690127229&id=100007333444605
Tidak ada komentar:
Posting Komentar