Kamis, 01 Juni 2017

NU dan Pancasila

    Tidak hanya sekarang, jika ada sebagian muslim yang tidak setuju atas dasar negara Pancasila. Tahun 1945 setelah Indonesia merdeka, pada awal-awal pendirian negeri ini pun Pancasila sangat diributkan dan sangat alot. Sampai membuat para tokoh seperti Bung Karno kuwalahan dan angkat bicara di tengah keputusasaannya,

"Jika tidak suka dengan pancasilaku, buatlah pemersatu bangsa pancasila versi kalian"

    Setelah ditunggu-tunggu ternyata masih alot dan tidak bisa selesai dan hanya mampu menambah tujuh kata dalam piagam Jakarta. Dan karena redaksi piagam Jakarta itupun oleh sebagian dinilai kurang pas dan aneh. Lagi-lagi Bung Karno angkat bicara.

"Sudahlah, jika hanya membuat saya tambah pusing, ada baiknya kalian sowan sajalah pada ketua Ulama se-Indonesia KH. Hasyim Asya'ri mumpung disini juga ada putra beliau KH. Wahid Hasyim"

    Dan KH. Wahid pulang ke Jombang sowan pada abahnya KH. Hasyim Asya'ri guna menyampaikan permasalahan-permasalahan tersebut.
"Gimana bah, Pancasila apa sudah betul secara syar'i?"

"Nanti dulu ya, biarkan saya puasa dulu tiga hari, baca ini 350 ribu kali, setiap ini diulang 350 ribu kali, setelahnya sholat hajat dengan surat ini dan ini masing-masing 41 kali."

    Barulah akhirnya KH. Wahid didawuhi abahnya KH. Hasyim Asya'ri. Bahwa Pancasila sudah benar menurut syar'i dan hapus saja tambahan kata dalam piagam Jakarta tersebut.

    Jadi sepertinya tidak heran dengan bagaimana ta'dzimnya Bung Karno pada KH. Hasyim Asya'ri bahkan sesudah wafatnya. Sampai-sampai setiap kali Bung Karno masuk Jombang, beliau tidak berani memakai sepatunya.
"Saya tidak mungkin memakai sepatu di sini, karena di sini telah terbaring jasad seorang Ulama yang juga telah menyelamatkan Pancasila yang pernah saya buat dan belum selesai."

Oleh : Admin Imam Mahmudi
Diambil secukupnya dari dawuh Gus Muwaffiq
www.youtube.com/watch?v=J3WLCBQaqVA